Pages

Wednesday, March 9, 2011

kadang -kadang.. DIAM lagi bagus!! =)

Pada ketika2 yg wajar, berDIAM adalah lebih baik… DIAM jua adalah penawar pd hati2 yg terluka, meluka dan dilukai…

sye tau su byk ckp!! kadang2 ckp benda mepek!! kadang2 ckp xingat dunia!! so kna blaja berdiam diri..=)
moga berjaya..heeheheh

maaf pade spe yg sy byk ckp!!
maaf kalau ade yg berkecik hati ngan kata2 sye..=)


Hikmah Diam

Bagi mereka yang beriman,
lidah yang dikurniakan oleh Allah itu tidak digunakan untuk berbicara sesuka hati
dan sia-sia. Sebaliknya digunakan untuk mengeluarkan mutiara-mutiara yang berhikmah.
Oleh itu, DIAM adalah benteng
bagi lidah manusia daripada
mengucapkan perkataan yang sia-sia.
HIKMAH DIAM
1. Sebagai ibadah tanpa bersusah payah.
2. Perhiasan tanpa berhias.
3. Kehebatan tanpa kerajaan.
4. Benteng tanpa pagar.
5. Kekayaan tanpa meminta maaf kepada orang.
6. Istirehat bagi kedua malaikat pencatat amal.
7. Menutupi segala aib.

Hadis2 Rasullulah mengenai kelebihan diam yg bermaksud:
*”Barangsiapa yang banyak perkataannya,
nescaya banyaklah silapnya. Barang siapa yang banyak silapnya,
nescaya banyaklah dosanya. Dan barangsiapa yang banyak dosanya,
nescaya neraka lebih utama baginya”. (Riwayat ABU NAIM)

*”Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhirat,
maka hendaklah ia berkata yang baik atau diam”. (Riwayat BUKHARI & MUSLIM)
*”Barangsiapa diam maka ia terlepas dari bahaya”.(Riwayat AT-TARMIZI)

Madah Dari Berdiam:
* BANYAK DIAM TIDAK SEMESTINYA BODOH,
BANYAK CAKAP TIDAK SEMESTINYA CERDIK,
KERANA KECERDIKAN ITU BUAH FIKIRAN,
ORANG CERDIK YANG PENDIAM LEBIH BAIK
DARI ORANG BODOH YANG BANYAK CAKAP.

* MENASIHATI ORANG YANG BERSALAH,
TIDAK SALAH. YANG SALAH IALAH MEMIKIRKAN
KESALAHAN ORANG.

* KALAU ORANG MENGHINA KITA,
BUKAN KITA YANG TERHINA,
SEBENARNYA
ORANG ITU YANG MENGHINA DIRINYA SENDIRI.

Manusia tidak akan dapat mengalahkan syaitan kecuali dengan diam.
Jalan yang terbaik ialah diam sekiranya kita tidak dapat bercakap
kearah perkara2 yang baik. Bicara yang baik adalah lambang hati yang baik dan bersih yang bergantung kepada kekuatan iman pada diri manusia.
Dari Abdullah bin ‘Amir R. A, Rasulullah S. A. W bersabda:
” Sampaikanlah pesanku biarpun satu ayat..”

Sekian Wasalam.

"Hikmah diam pada saat yang tepat"  



Dikisahkan bahwa ada seorang lelaki miskin yang mencari nafkahnya hanya dengan mengumpulkan kayu bakar lalu menjualnya di pasar. Hasil yang ia dapatkan hanya cukup untuk makan. Bahkan, kadang-kadang tak mencukupi keperluannya. Tetapi, ia terkenal sebagai orang yang sabar.

(Artikel ini dalam bahasa Indonesia)
Pada suatu hari, seperti biasanya dia pergi ke hutan untuk mengumpulkan kayu bakar. Setelah cukup lama dia berhasil mengumpulkan sepikul besar kayu bakar. Ia lalu memikulnya di pundaknya sambil berjalan menuju pasar. Setibanya di pasar ternyata orang-orang sangat ramai dan agak berdesakan. Karena khawatir orang-orang akan terkena ujung kayu yang agak runcing, ia lalu berteriak, "Minggir... minggir! kayu bakar mau lewat!."

Orang-orang pada minggir memberinya jalan dan agar mereka tidak terkena ujung kayu. Sementara, ia terus berteriak mengingatkan orang. Tiba-tiba lewat seorang bangsawan kaya raya di hadapannya tanpa mempedulikan peringatannya. Kontan saja ia kaget sehingga tak sempat menghindarinya. Akibatnya, ujung kayu bakarnya itu tersangkut di baju bangsawan itu dan merobeknya. Bangsawan itu langsung marah-marah kepadanya, dan tak menghiraukan keadaan si penjual kayu bakar itu. Tak puas dengan itu, ia kemudian menyeret lelaki itu ke hadapan hakim. Ia ingin menuntut ganti rugi atas kerusakan bajunya.

Sesampainya di hadapan hakim, orang kaya itu lalu menceritakan kejadiannya serta maksud kedatangannya menghadap dengan si lelaki itu. Hakim itu lalu berkata, "Mungkin ia tidak sengaja." Bangsawan itu membantah. Sementara si lelaki itu diam saja seribu bahasa. Setelah mengajukan beberapa kemungkinan yang selalu dibantah oleh bangsawan itu, akhirnya hakim mengajukan pertanyaan kepada lelaki tukang kayu bakar itu. Namun, setiap kali hakim itu bertanya, ia tak menjawab sama sekali, ia tetap diam. Setelah beberapa pertanyaan yang tak dijawab berlalu, sang hakim akhirnya berkata pada bangsawan itu, "Mungkin orang ini bisu, sehingga dia tidak bisa memperingatkanmu ketika di pasar tadi."

Bangsawan itu agak geram mendengar perkataan hakim itu. Ia lalu berkata, "Tidak mungkin! Ia tidak bisu wahai hakim. Aku mendengarnya berteriak di pasar tadi. Tidak mungkin sekarang ia bisu!" dengan nada sedikit emosi. "Pokoknya saya tetap minta ganti," lanjutnya.

Dengan tenang sambil tersenyum, sang hakim berkata, "Kalau engkau mendengar teriakannya, mengapa engkau tidak minggir? Jika ia sudah memperingatkan, berarti ia tidak bersalah. Anda yang kurang memperdulikan peringatannya."

Mendengar keputusan hakim itu, bangsawan itu hanya bisa diam dan bingung. Ia baru menyadari ucapannya ternyata menjadi bumerang baginya. Akhirnya ia pun pergi. Dan, lelaki tukang kayu bakar itu pun pergi. Ia selamat dari tuduhan dan tuntutan bangsawan itu dengan hanya diam.

No comments:

: [TABUNG]kawen sye!! =P :

.[Thanks] sudi F0llow =).